LUWU----Pasar Rakyat Bua, Kabupaten Luwu, kini berubah menjadi gunungan sampah. Bukan hanya berasal dari pedagang pasar, tetapi juga ditemukan limbah botol plastik, kaleng, hingga makanan kadaluwarsa yang diduga dibuang oleh toko-toko sekitar pasar. Lebih parah lagi, warga menemukan adanya sampah medis berupa botol infus bekas, yang jelas berbahaya bagi kesehatan masyarakat. Kondisi ini menjadi puncak kemarahan warga yang akhirnya menggelar aksi tumpuk sampah di jalan Trans Sulawesi, Minggu, (07/09/25) pada pukul 09.00 Wita.
Aksi protes ini bukan sekadar simbol, melainkan bentuk ledakan kekecewaan warga dan pedagang yang sudah bertahun-tahun dipaksa hidup dalam bau busuk dan tumpukan sampah, tanpa ada solusi dari pemerintah.
“Kami sudah muak! Bertahun-tahun hidup dengan sampah, sekarang malah ditemukan limbah toko, botol dan kaleng kadaluwarsa, bahkan botol infus bekas. Ini sangat membahayakan! Kalau Kadis DLH, Kadis Perdagangan, dan Kadis Kesehatan tidak mampu, lebih baik mundur saja atau dicopot!” tegas Hasan, warga sekitar pasar.
Sementara itu, pedagang menjerit karena dampak langsung dari kekacauan ini menghantam ekonomi mereka. “Pembeli enggan datang, dagangan jadi sepi. Bukan cuma soal bau, tapi pasar sudah seperti tempat pembuangan. Ini merusak citra pasar rakyat dan merugikan kami semua,” kata Nurhayati, pedagang sayur di Pasar Bua.
Pedagang juga mempertanyakan kemana larinya retribusi pasar yang selama ini rutin mereka bayar. Menurut mereka, uang yang seharusnya digunakan untuk perawatan dan kebersihan pasar tidak pernah terlihat manfaatnya.
“Setiap hari pasar kami dipungut retribusi, tapi buktinya sampah dibiarkan menumpuk. Kalau retribusi itu benar dipakai untuk kebersihan, mestinya pasar ini bersih, bukan jadi kubangan sampah,” sindir salah seorang pedagang.
Koordinator aksi, Abang Hamza, menegaskan bahwa gerakan ini tidak akan berhenti hanya dengan tuntutan pencopotan pejabat. Menurutnya, yang lebih penting adalah solusi permanen terkait penanganan sampah.
“Aksi ini akan berlanjut. Jika tidak ada solusi, sampah dari Pasar Bua akan kami bawa langsung ke depan bangunan Pemda Belopa dan Gedung DPRD,” tegasnya.
Hamza juga menegaskan bahwa persoalan bukan sekadar mencopot pejabat, tetapi memastikan tersedianya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang memadai.
“Bukan hanya copot, tapi harus ada solusi. Harus ada TPA. Dan kalau mau copot, pilih pejabat yang memang paham tentang sampah dan kesehatan lingkungan. Kadis Perdagangan wajib paham soal perdagangan, Kadis Lingkungan Hidup wajib tahu soal lingkungan hidup, Kadis Kesehatan wajib sigap menjaga kesehatan masyarakat. Jangan asal tunjuk, harus sesuai skill dan kemampuannya,” tambahnya.
Warga menilai pemerintah daerah telah melakukan pembiaran sistematis. Dinas Lingkungan Hidup dianggap lalai mengurus pengelolaan sampah, Dinas Perdagangan tidak tegas mengawasi aktivitas pasar dan toko yang diduga membuang produk kedaluwarsa sembarangan, sementara Dinas Kesehatan dianggap abai karena membiarkan limbah medis berbahaya bercampur dengan sampah pasar.
Warga menegaskan aksi ini baru permulaan. Jika tuntutan pencopotan Kadis DLH, Kadis Perdagangan, dan Kadis Kesehatan serta solusi nyata tidak segera direalisasikan, mereka siap menggelar aksi lanjutan dengan eskalasi yang lebih besar.
(***)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar